Sikka-Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. TC. Hilers Maumere menerima pasien rujukan dari RSUD Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Pasien tersebut merupakan pasien bedah yang membutuhkan tindakan operasi dengan pendampingan dokter anestesi.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD dr. TC. Hilers Maumere, dr. Clara Francis, kepada media ini, Rabu (29/10/2025) sore.
“Hari ini ada satu pasien untuk tindakan operasi. Rujuk-merujuk pasien itu diperbolehkan secara regulasi, apalagi jika di rumah sakit asal ada keterbatasan tenaga dokter spesialis,” jelas dr. Clara.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menegaskan, sistem rujukan antar rumah sakit telah diatur secara resmi. Menurutnya, kolaborasi antarfasilitas kesehatan justru penting agar pelayanan tetap berjalan optimal.
“Kita saling mengisi kalau ada kekurangan dokter spesialis. Kalau ada indikasi rujuk, maka pasien dirujuk. Kalau indikasi dirawat, ya dirawat. Setiap kasus pasien berbeda-beda,” tegasnya.
Lebih lanjut, dr. Clara menyebut, RSUD Maumere rutin menerima pasien rujukan dari berbagai daerah, termasuk dari Larantuka untuk kasus saraf, jantung, hingga bedah.
“Yang pasien cuci darah juga semua dirujuk ke RSUD Maumere. Kalau dokter Obgin RSUD Maumere dan RS Kewapante sudah pulang, tidak perlu dirujuk ke luar daerah,” ujarnya.

Ia menuturkan, sistem rujukan ini memastikan pasien ditangani di tempat yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Dokter dan tenaga medis tidak boleh memaksakan tindakan bila fasilitas atau tenaga ahli belum tersedia. Merujuk pasien berarti mereka menjalankan tanggung jawab etis dan menjamin keselamatan pasien.
“Kondisi semacam ini umum terjadi di seluruh Indonesia. Di daerah dengan jumlah tenaga spesialis terbatas, rumah sakit memang saling mendukung dalam sistem berjenjang. RSUD Maumere, RSUD Ende, RSUD Lembata, dan RSUD Larantuka saling menjadi rujukan satu sama lain, tergantung kebutuhan pasien, ” ungkapnya.
Namun, dokter Clara juga menyayangkan munculnya sejumlah informasi negatif di media sosial maupun pemberitaan terkait pelayanan RSUD Maumere. Menurutnya, hal itu berdampak terhadap kenyamanan dokter yang bertugas.
“Kami datang untuk bekerja dan melayani dengan profesional. Tapi kalau terus disalahkan melalui opini negatif, tentu tidak nyaman. Ini berlaku bukan hanya bagi dokter dari luar daerah, tapi juga bagi kami semua,” katanya.
dr. Clara menjelaskan, pihak RSUD Maumere memiliki wadah komunikasi bagi masyarakat untuk bertanya dan memberikan masukan. Bahkan, setiap Rabu malam, pihak rumah sakit rutin memberikan edukasi melalui siaran radio lokal.
“Kami ingin masyarakat ikut membantu menciptakan suasana positif. Kami terbuka menerima kritik yang membangun, tapi jangan framing buruk. Kalau kita mau maju, mari saling mendukung,” tuturnya.
Sementara itu, Plt. Direktur RSUD Larantuka, Goris Bara Koten, yang dihubungi terpisah membenarkan bahwa saat ini rumah sakitnya tengah mengalami kekosongan dokter anestesi.
“Kami sedang dalam masa pergantian stase dokter anestesi yang bekerja sama dengan Universitas Udayana. Biasanya akhir bulan ada jeda beberapa hari kosong,” jelas Goris.
Ia menambahkan, dalam situasi seperti itu, pasien yang membutuhkan tindakan operasi biasanya dirujuk ke RSUD Maumere atau RSUD Lembata.
“Itu sudah jadi mekanisme kerja sama antarrumah sakit agar pelayanan pasien tetap berjalan,” katanya, Rabu (29/10/2025) siang.










